Share |

Jumat, 26 Februari 2010

Hacker, Cracker dan Carder

Cracker (www.whatis.com) adalah seseorang yang memasuki system orang lain, umumnya jaringan computer. Caranya adalah melewati password, lisensi program computer, atau secara sengaja melawan keamanan computer. Alasan seorang Cracker melakukannya antara lain berbuat jahat, mencari keuntungan, atau menunjukkan kelemahan system keamanan.

Hacker menurut Eric Raymond adalah seorang pemrogram yang pandai. Hacker, jika diartikan secara harfiah, adalah seseorang yang membuat mebel dengan menggunakan kapak. Seorang hacker memiliki karakteristik sebagai berikut (www.tuxedo.com)
1. Suka belajar detail bahasa pemrograman atau system
2. Melakukan pemrograman, tidak hanya berteori.
3. Dapat menghargai dan menikmatin hasil hacking orang lain.
4. Cepat belajar pemrograman.
5. Ahli dalam bahasa pemrograman tertentu atau system tertentu, seperti ‘UNIX hacker’.

Sama halnya dengan jenjang pendidikan, pada dunia hacker ada pula tingkatan-tingkatan yang diberikan oleh komunitas hacker berdasarkan kepiawaiannya, bukan umur dan senioritasnya. Tingkatan dalam dunia hacking yang dikenal sebagai berikut:
a. Lamer
Seseorang yang belum memiliki pengalaman dan pengetahuan serta ingin menjadi hacker. Komputer digunakan untuk bermain game, saling tukar software, mencuri kartu kredit, dan lain sebagainya. Mereka menggunakan software Trojan, nuke, dan umumnya menyombongkan diri.
b. Script Kiddie
Mereka membaca tentang metode hacking dan cara-caranya pada berbagai kesempatan, lalu mencobanya dan berhasil. Mereka, seperti halnya Lamer, menguasai sedikit pengetahuan teknis jaringan. Mereka menggunakan Trojan pula.
c. Developed Kiddie
Tingkatan ini umumnya meliputi anak-anak yng masih muda dan masih sekolah. Sama halnya dengan Script Kiddie, orang-orag yang termasuk developed kiddie hanya berdasarkan metode hacking yang dibacanya. Kemudian, mereka berhasil mengujicobanya pada berbagai system. Umumnya, mereka masih menggunakan software berbasis UNIX. Mereka belum mampu menemukan lubang kelemahan baru dalam system operasi.
d. Semielite
Hacker pada tingkatan semielite umumnya masih muda. Mereka memiliki kemampuan pengetahuan yang luas tentang computer. Mereka mengerti celah dalam system operasi dan umumnya memiliki sejumlah kecil program yang mampu mengubah program eksploit. Serangan yang dilakukan oleh hacker semielite sering dipublikasikan, tetapi mereka sering dikategorikan dalam lamer.
e. Elite
Mereka yang tergabung dalam tingkatan elite merupakan ujung tombak dalam industri keamanan jaringan. Mereka mengerti system operasi, baik dari luar maupun dalam, dan sanggup mengonfigurasi dan menyambungkan jaringan secara global. Mereka mampu pula melakukan pemrograman setiap harinya. Lebih lanjut, mereka adalah orang terampil dan efisien serta menggunakan ilmu pengetahuannya dengan tepat. Mereka dapat keluar masuk system tanpa diketahui seperti siluman. Namun, mereka tidak akan menghancurkan data-data karena akan mematuhi peraturan-peraturan yang ada.

Tiap dunia kerja memiliki aturan dan etika kerja, demikian pula dalam dunia hacking. Menurut Steven Levy dalam bukunya Hacker:Heroes of the Computer Revolution, ada 6 etika yang harus dipenuhi apabila ingin terjun dalam dunia hacker, yaitu (www.mscommunity.biz):
a. Akses computer dan apa pun yang akan mengajarkan bagaimana dunia berjalan atau bekerja harus dilakukan tanpa batas dan total. Hacker selalu mengutamakan pengalaman lapangan.
b. Semua informasi harus bebas, tidak disembunyikan.
c. Tidak percaya otoritas, tetapi percaya desentralisasi.
d. Seorang Hacker hanya dinilai dari kemampuan hackingnya, bukan criteria buatan seperti gelar, umur, posisi, atau suku bangsa.
e. Seorang hacker membuat seni dan keindahan dalam komputer.
f. Komputer dapat mengubah hidup menuju lebih baik.
Sebaliknya, aturan dalam dunia hacking yang harus dipenuhi jika menjadi seorang hacker menurut Scorpio adalah:
a. Di atas segalanya, hormati pengetahuan dan kebebasan informasi.
b. Memberitahukan sistem administrator akan adanya pelanggaran keamanan atau lubang di keamanan yang terlihat.
c. Jangan mengambil keuntungan yang tidak fair dari hack.
d. Tidak mendistribusikan dan mengumpulkan software bajakan.
e. Tidak pernah mengambil resiko yang bodoh-selalu mengetahui kemampuan sendiri.
f. Selalu bersedia untuk secara terbuka, bebas, dan gratis memberitahukan serta mengajarkan berbagai informasi yang diperoleh.
g. Tidak pernah meng-hack sebuah sistem untuk mencuri uang.
h. Tidak pernah memberikan akses ke seseorang yang akan membuat kerusakan.
i. Tidak pernah secara sengaja menghapus dan merusak file di komputer yang di-hack.
j. Hormati mesin yang di-hack dan memperlakukannya seperti mesin sendiri.


Lain halnya dengan cerita Dani Firmansyah. Pada tahun 1998 ketika warnet menjamur, masyarakat khususnya kalangan mahasiswa berlomba-lomba mendapatkan nomor kartu kredit. Untuk apa mencari nomor kartu kredit? Mereka menggunakan nomor kartu kredit untuk membelli barang-barang melalui internet. Pada saat itu, situs e-commerce sedang menjamur pula, tetapi sistem keamanan transaksi belum baik. Oleh karena itu, seseoarang dapat melakukan transaksi menggunakan kartu kredit milik orang lain. Seseorang yang melakukan transaksi pembelian melalui internet dangan menggunakan kartu kredit milik orang lain disebut seoarng Carder.
Seorang Carder dapat melakukan fasilitas mesin pencari, seperti Google, sebagai alat bantu dalam pekerjaannya. Teknik demikian merupakan teknik yang digunakan oleh para carder, tetapi bukan mengajarkan untuk menjadi seoarang carder. Carder umumnya mendapatkan proses pencarian kartu kredit dengan mengambil basisdata yang berisi data pelanggan pada suatu toko online. Ia memanfaatkan salah satu teknik yang didukung oleh Google seperti inurl dan diikuti nama basisdata yang digunakan.
Pencarian yang sangat sederhana ternyata menghasilkan puluhan situs yang dapat diambil basisdatanya tanpa harus melalui proses hacking yang rumit. Google memiliki peran yang sangat besar dalam pencurian nomor kartu kredit. Dengan menggunakan Google, kita akan mudah mendapatkan hampir semua informasi yang dibutuhkan. Pencurian kartu kredit terjadi karena basisdata yang menyimpan data-data penting dapat diakses oleh umum jika mengetahui lokasi direktorinya. Permasalahan tetap ada karena keterbatasan adanya web hosting dalam menyimpan data yang aman. Dengan menggunakan teknik seperti demikian, pencurian kartu kredit bukanlah suatu yang sulit. Bagaimana cara pencegahannya? Tidak ada cara yang baik untuk mencegahnya. Hanya moral dan etika yang dapat mencegahnya menggunakan informasi seperti demikian untuk sesuatu yang buruk.
Hacking, Cracking, dan Carding merupakan kejahatan yang sering terjadi di internet selain serangan virus, worm, dan trojan. Salah satu cara untuk mencegahnya adalah menyembunyikan data yang penting, seperti data kartu kredit dalam bagian khusus. Dengan demikian, orang lain tidak dapat menjangkaunya dari internet secara langsung. Namun, cara seperti demmikian bukanlah cara terbaik. Apa pun cara yang dilakukan, seorang hacker, Craker, atau Carder akan berusaha mendapatkan apa yang diinginkan. Cara satu-satunya yang paling baik dan efektif hanyalah kekuatan iman tiap individu.

Tidak ada komentar: